Sebuah kisah,........terima uang sogok
Sidang pembunuhan
kasus korban yang bernama Pogos Hian diduga dibunuh majikannya bernama Na Mora Jong,
seorang pengusaha garmen keturunan Cina. Pembunuhan terhadap Pogos Hian
sebenarnya bukan menjadi tujuan utama Na Mora Jong. Tetapi karena perbuatan Na
Mora Jong memperkosa dan membunuh seorang wanita diketahui Pogos Hian, maka sang pemilik garmen ini
harus melenyapkan si Pogos Hian agar rahasia kejahatannya tidak terungkap.
Dengan terbunuhnya si Pogos Hian, maka tidak ada lagi saksi mata yang melihat
perbuatan yang dilakukan atas diri diri Boru Nabagak. Saat persidangan kasus
tersebut sudah berlangsung tujuh kali, hari ini memasuki sidang putusan.
Na Mora Jong dibela pengacara handal yang bernama Pargabus
Namalo. Sudah ratusan kasus pembunuhan yang dibelanya selalu dimenangkannya.
Dengan kepiawaian bersilat lidah dan mengajukan argumen pembelaan yang licik
dan masuk akal tetapi sebenarnya tidak benar itu, ia dapat menyakinkan para
hakim yang menyidangkan perkara yang dibelanya dan hakim memutus bebas para
terdakwa. Kepiawaiannya itu telah menjadi buah bibir disemua tempat, sehingga
banyak pelaku kejahatan memakai jasanya
untuk membela perkara mereka. Mereka
berkeyakinan bahwa apabila kasus mereka ditangani Pargabus Namalo, maka mereka pasti dibebaskan
dari segala tuduhan, walaupun sebenarnya mereka adalah pelakunya. Banyak orang memuji kehebatanya sehingga
namanaya tersohor . Tapi bagi pihak korban, sosok Pargabus Namalo adalah iblis yang harus dilenyapkan. Keluarga korban sangat menaruh dendam terhadap
Abunawas Parlente yang selalu memenangkan pelaku pembunuhan. Berapa kali, orang-ornag yang menaruh dendam kepadanya berupaya
membunuhnya, tetapi ia selalu lolos.
Waktu Pargabus Namalo menjadi mahasiswa terbaik
dan lulus dengan predikat cum laude dengan indeks prestasi sempurna. Setelah tamat, Pargabus Namalo mulai menjalankan profesinya
sebagai pengacara, kasus pertama yang ditanganinya adalah kasus korupsi, yang
dilakukan seorang pejabat . Dengan kemampuan dan kepiawainya
melihat celah hukum untuk mematahkan tuduhan kepada klienya, padahal yang nyata-nyata melakukan korupsi diputus bebas Hakim
Pengadilan. Ini kemenangan pertama yang diraihnya saat menjadi pengacara. Dengan kemenangnya itu, dirinya merasa hebat, dan sangatlah jarang seorang pengacara dapat memenangkan kliennya dalam kasus korupsi. Kemenangan ini menjadi sejarah bagi peradilan. Dengan demikian, banyak pelaku-pelaku kejahatan memintanya membela perkara mereka
dan nyaris seratus perses ia memenangkan perkara itu.
Orang-orang
mengakui kecerdasan Pargabus Namalo sebagai pengacara. Namun kecerdasan itu
tidak dimbangi moral yang baik. Ia
cenderung mendewakan uang untuk memperkaya dirinya dengan cara kotor, sehingga walaupun nyata-nyata clienya
bersalah, namun karena telah dibayar denga uang banyak, maka ia bekerja keras
membebaskan klienya, dengan demikian, selain menjadi pengacara kenamaan yang
sangat terkenal, Pargabus Namalo dibenci
banyak orang, tetapi Pargabus
Namalo tidak memperdulikan kebencian
orang-orang terhadap dirinya. Dengan bangga, ia selalu berdalih bahwa kebenaran
harus ditegakan. Kemenangan yang diraihnya adalah sebuah penegakan kebenaran. Siapa
tidak bersalah harus dibebaskan. Tetapi dia lupa bahwa disamping ia
mampu memamfaatkan celah hukum untuk memenangkan kliennya, ia juga ahli menyuap hakim pengadilan dengan sebagaian uang yang diterima kliennya.
Dengan demikian, maka banyak perkara yang ditanganinya bebas dipengadilan. Dan hari ini dipengadilan Metro, Pargabus
Namalo akan kembali membuktikan kehebatannya sebagai pengacara ternama dalam
pembunuhan si Pogos Hian.
Didalam ruangan terasa
sejuk karena disetiap sudut dipasang pendingin udara. Pada kursi panjang
deretan satu dan dua di depan telah penuh terisi. Mereka adalah ibu-ibu dan pegawai pemerhati
hukum. Didepan, dikursi tengah duduk
Hakim Ketua yang bernama Pilatus, sedangkan di kiri kanan duduk dua hakim anggota yaitu wanita muda (Herodias) dan seorang lainnya lelaki setengah baya
berkepala botak (Barabas). ada juga
kelihatn tiga orang jaksa penuntut, mengenakan toga hitam, sama seperti
dikenakan para hakim.
Beberapa menit kemudian, dengan dikawal
dua petugas jaksa, terdakwa Na Mora Jong masuk keruang sidang diiringi pengacara Pargabus Namalo.
Sidang dimulai, ...apakah saudara terdakwa
dalam sehat?....ketua Majelis Hakim (Pilatus) memulai persidangan...........................
“ya, aku dalam keadaan sehat, pak hakim yang
mulia.”
“saat ini kami majelis.....akan membacakan
putusan perkara pembunuhan terhadap saudara si Pogos Hian yang didakwakan
kepada saudara, Sudah mengertikah
saudara...............
“ya, aku mengerti, pak hakim yang mulia.’
............“baiklah, setelah kami menimbang-nimbang
dan berdasarkan fakta-fakta hukum yang ada, kami menyatakan saudara terdakwa
dibebaskan dari segala tuntutan karena terbukti tidak bersalah. Tidak seorangpun saksi mata yang melihat
perbuatan terdakwa, sehingga keterangan saksi
Hati Polos, yang hanya mendengar
suara mirip terdakwa, sehingga suara
mirip suara terdakwa tidak dapat dijadikan alat bukti kuat.
.........Dalil-dalil yang dikemukakan
pengacara terdakwa masuk akal dan dapat diterima, sehingga hal ini memnjadi
pertimbangan kami dalam membebaskan
terdakwa.
Apakah ada keberatan? ‘ tanya Ketua Majelis Hakim.
“kami pikir-pikir dulu, pak hakim yang mulia,
“.............jawab jaksa penuntut.
“kami menerima permintaan Jaksa Penuntut.
Apakah tanggapan dari pengacara terdakwa”
........“kami menerima seribu persen keputusan
ini, pak hakim yang mulia” katanya sambil tersenyum puas dikursinya menerima
putusan hakim itu.
“saudara terdakwa, apakah saudara menerima
putusan ini?.”
“dengan senang hati aku menerimanya, pak hakim
yang mulia.”
“sekarang saudara bebas meninggalkan ruangan
ini!” kata Ketua Majelis Hakim sembari mengetuk palu dua kali di meja.
Setelah palu
keputusan hakim diketuk, maka Na Mora Jong melompat kegirangan dan segera menyalami para
hakim dan penuntut umum sambil tertawa berbahak-bahak.
‘terimakasih pak hakim, pak jaksa dan pak pengacara.
Kalian hebat!’
Melihat tingkah
laku Na Mora Jong yang congkak dan
sombong mendapatkan kemenangan, para pegunjung sidang bersungut sungut. Mereka
tidak menerima putusan hakim yang dianggap
tidak adil dan terkesan memihak terdakwa. Satu persatu mereka meninggalkan ruang sidang
dengan wajah masam, bercampur kecewa.
Mereka yang kecewa dengan putusan hakim. Mereka tahu korban yang dibunuh
terdakwa orang kecil dan miskin, sedangkan terdakwa adalah satu pengusaha terkaya di kota Metro.
Kemudian.....Na
Mora Jong dan pengacara Pargabus Namalo berjalan menuju satu ruangan
......sambil bercakap-cakap dengan muka senang.
“hebab benar kau Pargabus Namalo....... tidak
sia-sia aku membayar engkau dalam jumlah besar, kata Na Mora Jong dengan bangga.
‘hehehehe........ Sudah menjadi keahlianku
memenangkan klienku.” Sahut Pargabus Namalo
“keahlianmu memutarbalikan fakta, hahahaha...”
kata Na Mora Jong sambil tertawa.
“maksudmu?”................kata Pengacara Pargabus Namalo
............“Engkau ahli membebaskan para
pembunuh.”
......“jadi, engkau membunuh si Pogos Hian?’
“bukan sebelum persidangan aku telah
mengatakan kepadamu bahwa akulah pembunuh Si Pogos Hian?
“sekarang, ........engkau sudah mengetahui
kehebatanku memutar balikan fakta hukum, bukan?.........
“aku mengakui, ..............engkau
pengacara hebat. Bagaimana mungkin hakim-hakim itu mempercayai omonganmu dalam
persidangan, sehingga membebaskan aku?’
“itu urusanku, terpenting engkau bebas, bukan?
“tetapi hakim-hakim itu bodoh. ....Jaksa-jaksa
itu bodoh,..... mereka tertipu oleh pengacara
yang ahli memutar balikan fakta hukum dipersidangan.”
“engaku harus berterima kasih kepadaku, sebab
karena aku, sekarang engkau dapat bebas seperti harimau dihutan, bukan?’
“tentu, aku sangat berterima kasih kepadamu Pargabus Namalo. Untuk itu aku telah
menyediakan sesuatu untukmu.”
“apa itu?’
“hari ini kita berpesta di rumahku dan akan
kuberikan sesuatu untukmu, sebagai rasa terima kasihku, jika engaku tidak ada,
tentu aku akan membusuk dipenjara!”
“kunci kemenanganmu bukan karena kemampuanku
memberikan pembelaan dipersidangan.”
“lantas karena apa?’
“sebagaian uang
yang engkau berikan kepada sebagai upah jasa pembelaan kepadamu itu kugunakan
menyuap hakim dan jaksa, Sehingga mereka memenangkan engkau. Apalagi korban hanyalah seorang miskin, tidak mempunyai keluarga yang medukungnya di
pengadilan, sehingga dengan leluasa aku, hakim dan jaksa mempermainkan fakta
hukum, dengan sebuah alasan pembenaran fakta hukum, dengan sebuah alasan
pembenaran kepadamu yang sebenarnya tidak masuk akal.
Kami memperdebatkan saksi si Polos Hati bahwa itu suaramu saat
engkau bunuh si Pogos Hian. Soal suara yang didengar saksi itu, tidak dapat
dijadikan fakta hukum karena alasan
banyak orang memilki suara sama denganmu, tidak pasti saat itu orang
yang membunuh Pogos Hian adalah engkau. Sebenarya hakim menyakini bahwa
ditempat kejadian itu hanya ada suara
yang sama denga suaramu yaitu engkau
sendiri, maka mereka memutuskan hukuman berat untukmu. Tetapi hal itu mereka
tidak lakukan. Mereka sengaja tidak
mepersoalkan suara yang didengar saksi
itu dan menganggab suara itu bukan suaramu, sehingga dakwaan terhadap kamu
lemah, ...terang Pargabus Namalo.
‘mengapa hakim dan jaksa sebodoh itu?’
“mereka adalah hakim dan jaksa terbaik, tetapi
uang telah melenyapkan kepandaian mereka dalam melihat fakta hukum. Ketika mereka menerima suap, seketika mereka
menjadi bodoh seperti kerbau, hati nurani manusianya lenyap seketika
berganti hati binatang”.
“berapa uang yang engkau gunakan membeli para
hakim dan jaksa itu”.
“kubeli harga diri dan martabat mereka, masing-masing seratus
ratus juta rupiah”
“hah...harga diri mereka sebesar itu?’
“ya, harga diri mereka hanya sebesar itu.”
“seratus ratus juta rupiah. Hahahahaha...” Na
Mora Jong tertawa terbahak-bahak
“bahkan, jika aku
mau, aku bisa mengajukan tawaran lebih rendah lagi agar mereka menurunkan harga diri meraka
dibawah seratus ratus juta rupiah,....
tetapi aku menganggap seratus juta rupiah adalah harga terendah untuk membeli
diri mereka. Dan, aku berhasil membeli
mereka, menjadikan mereka bodoh seperti seekor kerbau......hehehehe .... Aku
membuat mereka menjadi seekor binatang yang ditarik ke tempat pembatantaian,,,hahahahahha....”
“engkau hebat, Pargabus Namalo.”””
“engkau tidak pernah kalah dalam membela
klienmu?’ kata Na Mora jong.....
“engkau memenangkan pembunuh,.....”
“ya, mereka semua kubebaskan dan kini tengah
menikmati kehidupan alam kebebasan di luar sana.”
Pargabus Namalo,....walaupun aku dibebaskan,
aku merasakan ada beban berat yang menghimpit batinku.”
“beban berat ?” tanya Pargabus Namalo
“aku merasa dikejar dosa dan rasa bersalah.”
“ah, tepislah semua perasaanmu itu, nikmati
saja alam kebebasanmu denga sukacita.” Ujar Abunawas Parlente
“tapi aku tidak dapat bersuka cita dalam beban
yang menghimpitku. Aku merasa batinku
semakin terpenjara. Suara teriakan korban selalu tergiang ditelingaku siang dan
malam.”
‘ah, lupakanlah hal itu, marilah kita berpesta
dan bersenang-senang”
Kemudian pegacara Pargabus Namalo dan Na Mora
Jong, naik mobil pulang,... kerumah
terdakwa,...dimana keluargga Na Mora Jong sudah berdiri didepan pintu menunggu
kepulangan Na Mora Jong yang selama ini
ditahan.
Mereka mengadakan
jamuan makan dan tamu-tamu Na Mora Jong berdatangan sambil membicarakan
kehebatan pengacara Pargabus Namalo.
Selesai acara :............................
“’pak,
aku pamit dulu, istriku tentu mencemaskan aku, ujar Pargabus Namalo kepada Na Mora Jong
“baiklah, tetapi tunggu sebentar.”
Na Mora Jong segera masuk kekamarnya, kemudian ia keluar dengan
sebuah amplop besar ditangannya.
“terimalah ini sebagai tanda terima kasihku
kepada.”
“apa ini?”
“lima ratus juta rupiah.”
“untukku?”
“untuk perjuanganmu. Selain itu, terimalah kunci
Mobil Nisan keluaran terbaru ini.”
“ohhh....” terima kasih dapat mengendarainya
pulang ke rumahmu.”
‘”jika dibandingkan dengan kemenangan yang
kuperoleh, hadiah ini tidaklah berarti.’
“baiklah, aku pamit.”
Akhir kisah..........masyarakat di kota metro
tdk percaya hukum lagi, rata rata sudah apatis,.....dan jaksa penuntut yang
menyidangkan sudah semakinpangkat berbintang,....
Pemerhati hukum selalu
berteriak.......................................
Jaksa penuntut
sering dapat oponi negatif......suka terima suap.....
Dan setelah ditelusuri...ternyata jaksa
penuntut rata-rata tidak sejahtera maka sering mau dipengaruhi pengacara...
Tidak ada yang berjuang untuk kesejahteraan
jaksa penuntut,.....dimana pejabat yang pernah pengalaman kerjanya banyak terima
suap, sehingga berpikir semua sudah sejahtera......sudah berbintang tidak mau
berjuang karna pundi-pundinya sudah banyak........
Sedangkan pengacara itu semakin kaya
saja....tanpa harus diminta pertanggung jawaban.....
Akhir daripada cerita..............masyarakat
metro sudah mulai tidak senang dengan
perbuataan oknum-oknum tersebut..................dibawa dalam doa-doa siang dan
malam.......dan hasilnya sudah mulai kelihatan....oknum aparat hukum itu sudah
ada yg sakit klosterol,..darah tinggi......gula...dan ada meninggal karena
tabrakan dan banyak lagi.................sesungguhnya “Doa orang teraniaya
pasti didengar Tuhan”