Senin, 24 November 2014

Kisah terima uang sogok


Sebuah kisah,........terima uang sogok
Sidang pembunuhan kasus korban yang bernama  Pogos Hian  diduga dibunuh majikannya bernama Na Mora Jong, seorang pengusaha garmen keturunan Cina.      Pembunuhan terhadap Pogos Hian sebenarnya bukan menjadi tujuan utama Na Mora Jong. Tetapi karena perbuatan Na Mora Jong memperkosa dan membunuh seorang wanita diketahui  Pogos Hian, maka sang pemilik garmen ini harus melenyapkan si Pogos Hian agar rahasia kejahatannya tidak terungkap. Dengan terbunuhnya si Pogos Hian, maka tidak ada lagi saksi mata yang melihat perbuatan yang dilakukan atas diri diri Boru Nabagak. Saat persidangan kasus tersebut sudah berlangsung tujuh kali, hari ini memasuki sidang putusan.
Na Mora Jong  dibela pengacara handal yang bernama Pargabus Namalo. Sudah ratusan kasus pembunuhan yang dibelanya selalu dimenangkannya. Dengan kepiawaian bersilat lidah dan mengajukan argumen pembelaan yang licik dan masuk akal tetapi sebenarnya tidak benar itu, ia dapat menyakinkan para hakim yang menyidangkan perkara yang dibelanya dan hakim memutus bebas para terdakwa. Kepiawaiannya itu telah menjadi buah bibir disemua tempat, sehingga banyak pelaku kejahatan memakai  jasanya untuk membela perkara mereka.  Mereka berkeyakinan bahwa apabila kasus mereka ditangani  Pargabus Namalo, maka mereka pasti dibebaskan dari segala tuduhan, walaupun sebenarnya mereka adalah pelakunya.  Banyak orang memuji kehebatanya sehingga namanaya tersohor . Tapi bagi pihak korban, sosok Pargabus Namalo  adalah iblis yang harus dilenyapkan.  Keluarga korban sangat menaruh dendam terhadap Abunawas Parlente yang selalu memenangkan pelaku pembunuhan.  Berapa kali, orang-ornag  yang menaruh dendam kepadanya berupaya membunuhnya, tetapi ia selalu lolos.
Waktu  Pargabus Namalo menjadi mahasiswa terbaik dan lulus dengan predikat cum laude dengan indeks prestasi sempurna.  Setelah tamat,  Pargabus Namalo mulai menjalankan profesinya sebagai pengacara,  kasus pertama  yang ditanganinya adalah kasus korupsi, yang dilakukan seorang pejabat .  Dengan kemampuan  dan  kepiawainya melihat celah hukum untuk mematahkan tuduhan kepada klienya,  padahal yang nyata-nyata  melakukan korupsi diputus bebas Hakim Pengadilan. Ini kemenangan pertama yang diraihnya saat menjadi pengacara.  Dengan kemenangnya itu,  dirinya merasa hebat, dan  sangatlah jarang  seorang pengacara  dapat memenangkan kliennya  dalam kasus korupsi.  Kemenangan ini  menjadi sejarah bagi peradilan.  Dengan demikian, banyak pelaku-pelaku  kejahatan memintanya membela perkara mereka dan nyaris seratus perses ia memenangkan perkara itu.
Orang-orang mengakui kecerdasan Pargabus Namalo sebagai pengacara. Namun kecerdasan itu tidak dimbangi moral yang baik.  Ia cenderung mendewakan uang untuk memperkaya dirinya dengan cara kotor,  sehingga walaupun nyata-nyata clienya bersalah, namun karena telah dibayar denga uang banyak, maka ia bekerja keras membebaskan klienya, dengan demikian, selain menjadi pengacara kenamaan yang sangat terkenal,  Pargabus Namalo dibenci banyak orang,  tetapi Pargabus Namalo  tidak memperdulikan kebencian orang-orang terhadap dirinya. Dengan bangga, ia selalu berdalih bahwa kebenaran harus ditegakan. Kemenangan yang diraihnya adalah sebuah penegakan kebenaran.  Siapa  tidak bersalah harus dibebaskan. Tetapi dia lupa bahwa disamping ia mampu memamfaatkan celah hukum untuk memenangkan kliennya,  ia juga ahli menyuap hakim pengadilan  dengan sebagaian uang yang diterima kliennya. Dengan demikian, maka banyak perkara yang ditanganinya  bebas dipengadilan.  Dan hari ini dipengadilan Metro, Pargabus Namalo akan kembali membuktikan kehebatannya sebagai pengacara ternama dalam pembunuhan si Pogos Hian.
Didalam ruangan terasa sejuk karena disetiap sudut dipasang pendingin udara. Pada kursi panjang deretan satu dan dua di depan telah penuh terisi. Mereka  adalah ibu-ibu dan pegawai pemerhati hukum.  Didepan, dikursi tengah duduk Hakim Ketua yang bernama Pilatus, sedangkan di kiri kanan  duduk dua hakim anggota  yaitu wanita muda (Herodias)  dan seorang lainnya lelaki setengah baya berkepala botak (Barabas).  ada juga kelihatn tiga orang jaksa penuntut, mengenakan toga hitam, sama seperti dikenakan  para hakim.
Beberapa menit  kemudian, dengan  dikawal  dua petugas jaksa, terdakwa Na Mora Jong masuk keruang  sidang diiringi pengacara Pargabus Namalo.
Sidang dimulai, ...apakah saudara terdakwa dalam sehat?....ketua Majelis Hakim  (Pilatus) memulai persidangan...........................
“ya, aku dalam keadaan sehat, pak hakim yang mulia.”
“saat ini kami majelis.....akan membacakan putusan perkara pembunuhan terhadap saudara si Pogos Hian yang didakwakan kepada saudara,  Sudah mengertikah saudara...............
“ya, aku mengerti, pak hakim yang mulia.’
............“baiklah, setelah kami menimbang-nimbang dan berdasarkan fakta-fakta hukum yang ada, kami menyatakan saudara terdakwa dibebaskan dari segala tuntutan karena terbukti  tidak bersalah.  Tidak seorangpun saksi mata yang melihat perbuatan terdakwa, sehingga keterangan saksi  Hati Polos,  yang hanya mendengar suara mirip terdakwa,  sehingga suara mirip suara terdakwa tidak dapat dijadikan alat bukti kuat.
.........Dalil-dalil yang dikemukakan pengacara terdakwa masuk akal dan dapat diterima, sehingga hal ini memnjadi pertimbangan kami  dalam membebaskan terdakwa.
Apakah ada keberatan? ‘ tanya Ketua Majelis Hakim.
“kami pikir-pikir dulu, pak hakim yang mulia, “.............jawab jaksa penuntut.
“kami menerima permintaan Jaksa Penuntut.  
Apakah tanggapan dari pengacara terdakwa”
........“kami menerima seribu persen keputusan ini, pak hakim yang mulia” katanya sambil tersenyum puas dikursinya menerima putusan hakim itu.
“saudara terdakwa, apakah saudara menerima putusan  ini?.”
“dengan senang hati aku menerimanya, pak hakim yang mulia.”
“sekarang saudara bebas meninggalkan ruangan ini!” kata Ketua Majelis Hakim sembari mengetuk palu dua kali di meja.
Setelah palu keputusan hakim diketuk, maka Na Mora Jong  melompat kegirangan dan segera menyalami para hakim dan penuntut umum sambil tertawa berbahak-bahak.
‘terimakasih pak hakim, pak jaksa dan pak pengacara. Kalian hebat!’
Melihat tingkah laku Na Mora Jong  yang congkak dan sombong mendapatkan kemenangan, para pegunjung sidang bersungut sungut. Mereka tidak menerima putusan  hakim yang dianggap tidak adil dan terkesan memihak terdakwa.  Satu persatu mereka meninggalkan ruang sidang dengan wajah  masam, bercampur kecewa. Mereka yang kecewa dengan putusan hakim. Mereka tahu korban yang dibunuh terdakwa orang kecil dan miskin, sedangkan terdakwa  adalah satu pengusaha terkaya di kota Metro.
Kemudian.....Na Mora Jong  dan pengacara  Pargabus Namalo berjalan menuju satu ruangan ......sambil bercakap-cakap dengan muka senang.
“hebab benar kau Pargabus Namalo....... tidak sia-sia aku membayar engkau dalam jumlah besar, kata  Na Mora Jong  dengan bangga.
‘hehehehe........ Sudah menjadi keahlianku memenangkan klienku.” Sahut Pargabus Namalo
“keahlianmu memutarbalikan fakta, hahahaha...” kata Na Mora Jong sambil  tertawa.
“maksudmu?”................kata Pengacara  Pargabus Namalo
............“Engkau ahli membebaskan para pembunuh.”
......“jadi, engkau membunuh si Pogos Hian?’
“bukan sebelum persidangan aku telah mengatakan kepadamu bahwa akulah pembunuh Si Pogos Hian?
“sekarang, ........engkau sudah mengetahui kehebatanku memutar balikan fakta hukum, bukan?.........
“aku mengakui, ..............engkau pengacara hebat. Bagaimana mungkin hakim-hakim itu mempercayai omonganmu dalam persidangan, sehingga membebaskan aku?’
“itu urusanku, terpenting engkau bebas, bukan?
“tetapi hakim-hakim itu bodoh. ....Jaksa-jaksa itu bodoh,..... mereka tertipu oleh pengacara  yang ahli memutar balikan fakta hukum dipersidangan.”
“engaku harus berterima kasih kepadaku, sebab karena aku, sekarang engkau dapat bebas seperti harimau dihutan, bukan?’
“tentu, aku sangat berterima kasih kepadamu  Pargabus Namalo. Untuk itu aku telah menyediakan  sesuatu untukmu.”
“apa itu?’
“hari ini kita berpesta di rumahku dan akan kuberikan sesuatu untukmu, sebagai rasa terima kasihku, jika engaku tidak ada, tentu aku akan membusuk dipenjara!”
“kunci kemenanganmu bukan karena kemampuanku memberikan pembelaan dipersidangan.”
“lantas karena apa?’
“sebagaian uang yang engkau berikan kepada sebagai upah jasa pembelaan kepadamu itu kugunakan menyuap hakim dan jaksa,   Sehingga mereka memenangkan engkau.  Apalagi korban hanyalah seorang miskin,  tidak mempunyai keluarga yang medukungnya di pengadilan, sehingga dengan leluasa aku, hakim dan jaksa mempermainkan fakta hukum, dengan sebuah alasan pembenaran fakta hukum, dengan sebuah alasan pembenaran kepadamu yang sebenarnya tidak masuk akal.
Kami memperdebatkan  saksi si Polos Hati bahwa itu suaramu saat engkau bunuh si Pogos Hian. Soal suara yang didengar saksi itu, tidak dapat dijadikan fakta hukum karena alasan  banyak orang memilki suara sama denganmu, tidak pasti saat itu orang yang membunuh Pogos Hian adalah engkau. Sebenarya hakim menyakini bahwa ditempat kejadian  itu hanya ada suara yang sama  denga suaramu yaitu engkau sendiri,  maka mereka memutuskan  hukuman berat untukmu. Tetapi hal itu mereka tidak lakukan.  Mereka sengaja tidak mepersoalkan  suara yang didengar saksi itu dan menganggab suara itu bukan suaramu, sehingga dakwaan terhadap kamu lemah, ...terang Pargabus Namalo.
‘mengapa hakim dan jaksa sebodoh itu?’
“mereka adalah hakim dan jaksa terbaik, tetapi uang telah melenyapkan kepandaian mereka dalam melihat fakta hukum.  Ketika mereka menerima suap, seketika  mereka  menjadi bodoh seperti kerbau, hati nurani manusianya lenyap seketika berganti hati binatang”.
“berapa uang yang engkau gunakan membeli para hakim dan jaksa itu”.
“kubeli harga diri  dan martabat mereka, masing-masing seratus ratus juta rupiah”
“hah...harga diri mereka sebesar itu?’
“ya, harga diri mereka hanya sebesar itu.”
“seratus ratus juta rupiah. Hahahahaha...” Na Mora Jong tertawa terbahak-bahak
“bahkan, jika aku mau, aku bisa mengajukan tawaran lebih rendah lagi  agar mereka menurunkan harga diri meraka dibawah seratus  ratus juta rupiah,.... tetapi aku menganggap seratus juta rupiah adalah harga terendah untuk membeli diri mereka.  Dan, aku berhasil membeli mereka, menjadikan mereka bodoh seperti seekor kerbau......hehehehe .... Aku membuat mereka menjadi seekor binatang yang ditarik ke tempat pembatantaian,,,hahahahahha....”
“engkau hebat, Pargabus Namalo.”””
“engkau tidak pernah kalah dalam membela klienmu?’ kata Na Mora jong.....
“engkau memenangkan pembunuh,.....”
“ya, mereka semua kubebaskan dan kini tengah menikmati kehidupan alam kebebasan di luar sana.”
Pargabus Namalo,....walaupun aku dibebaskan, aku merasakan ada beban berat yang menghimpit batinku.”
“beban berat ?” tanya Pargabus Namalo
“aku merasa dikejar dosa dan rasa bersalah.”
“ah, tepislah semua perasaanmu itu, nikmati saja alam kebebasanmu denga sukacita.” Ujar Abunawas Parlente
“tapi aku tidak dapat bersuka cita dalam beban yang menghimpitku.  Aku merasa batinku semakin terpenjara. Suara teriakan korban selalu tergiang ditelingaku siang dan malam.”
‘ah, lupakanlah hal itu, marilah kita berpesta dan bersenang-senang”
Kemudian pegacara Pargabus Namalo dan Na Mora Jong, naik mobil  pulang,... kerumah terdakwa,...dimana keluargga Na Mora Jong sudah berdiri didepan pintu menunggu kepulangan Na Mora Jong  yang selama ini ditahan.
Mereka mengadakan jamuan makan dan tamu-tamu Na Mora Jong berdatangan sambil membicarakan kehebatan pengacara  Pargabus Namalo.
Selesai acara :............................
“’pak,  aku pamit dulu, istriku tentu mencemaskan aku,  ujar Pargabus Namalo kepada Na Mora Jong
“baiklah, tetapi tunggu sebentar.”
Na Mora Jong  segera masuk kekamarnya, kemudian ia keluar dengan sebuah amplop besar ditangannya.
“terimalah ini sebagai tanda terima kasihku kepada.”
“apa ini?”
“lima ratus juta rupiah.”
“untukku?”
“untuk perjuanganmu. Selain itu, terimalah kunci Mobil Nisan keluaran terbaru ini.”
“ohhh....” terima kasih dapat mengendarainya pulang ke rumahmu.”
‘”jika dibandingkan dengan kemenangan yang kuperoleh, hadiah ini tidaklah berarti.’
“baiklah, aku pamit.”
Akhir kisah..........masyarakat di kota metro tdk percaya hukum lagi, rata rata sudah apatis,.....dan jaksa penuntut yang menyidangkan sudah semakinpangkat berbintang,....
Pemerhati hukum selalu berteriak.......................................
Jaksa penuntut  sering dapat oponi negatif......suka terima suap.....
Dan setelah ditelusuri...ternyata jaksa penuntut rata-rata tidak sejahtera maka sering mau dipengaruhi pengacara...
Tidak ada yang berjuang untuk kesejahteraan jaksa penuntut,.....dimana pejabat yang pernah pengalaman kerjanya banyak terima suap, sehingga berpikir semua sudah sejahtera......sudah berbintang tidak mau berjuang karna pundi-pundinya sudah banyak........
Sedangkan pengacara itu semakin kaya saja....tanpa harus diminta pertanggung jawaban.....
Akhir daripada cerita..............masyarakat metro sudah mulai  tidak senang dengan perbuataan oknum-oknum tersebut..................dibawa dalam doa-doa siang dan malam.......dan hasilnya sudah mulai kelihatan....oknum aparat hukum itu sudah ada yg sakit klosterol,..darah tinggi......gula...dan ada meninggal karena tabrakan dan banyak lagi.................sesungguhnya “Doa orang teraniaya pasti didengar Tuhan”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar